Masyarakat Masih Butuh Program Bedah Rumah

By Admin

nusakini.com-- Masyarakat Indonesia khususnya mereka yang kurang mampu dan hanya memiliki rumah yang tidak layak huni merasa masih sangat membutuhkan program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) atau program bedah rumah dari pemerintah. Mereka merasa bantuan stimulan yang diberikan dapat meningkatkan kualitas rumah yang mereka tempati dan mendorong timbulnya sikap gotong royong antar warga untuk saling membantu antar sesama. 

"Kami sangat bersyukur bisa mendapat bantuan bedah rumah dari Kementerian PUPR. Dulu rumah kami tidak sebaik ini. Sekarang lebih layak lah," ujar Dersih (54) warga RT 11 / RW 3 Desa Citenjo, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat beberapa waktu lalu. 

Hal tersebut disampaikan Dersih saat menerima kunjungan kerja Direktur Rumah Swadaya Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Johny Fajar Sofyan Subrata bersama Bupati Kuningan Acep Purnama saat meninjau hasil pembangunan perumahan swadaya bersama para wartawan yang tergabung dalam Forum Wartawan PUPR. Kegiatan yang menjadi rangkaian kegiatan Press Tour dalam rangka Peringatan Hari Habitat Dunia (HHD) Tahun 2016 yang mengangkat tema Perumahan Penggerak Perkotaan Berkelanjutan. 

Dersih yang sehari-hari hanya bekerja sebagai petani penggarap lahan di Kuningan sebelumnya tidak pernah menyangka rumahnya yang dulu tidak layak huni, dindingnya dari bambu dan lantai yang seadanya kini berubah menjadi lebih bagus karena mendapat bantuan stimulan. Meskipun bantuan yang diberikan pemerintah hanya berkisar Rp 10 juta tapi berkat bantuan dari saudara serta para tetangga yang baik dalam bentuk uang dan bahan bangunan kini rumahnya jadi lebih layak. 

“Sebelumnya saya tidak menyangka karena bantuan dari pemerintah yang jumlahnya sekitar 10 juta bisa untuk membangun rumah. Tapi ternyata saudara dan tetangga juga ikut membantu. Total biaya pembangunan rumah ini mencapai sekitar 50 jutaan,” ujarnya. 

Hal senada juga disampaikan oleh tetangga Dersih yang bernama Caskini (64). Menurut wanita yang hidup sendiri, karena suaminya telah meninggal sekitar 7 tahun lalu dan anaknya sudah bekerja di luar kota, rumahnya dulu hanya pas-pasan. Saat hujan atapnya bocor dan jendela rumahnya pun seadanya dan ditutupi oleh teralis yang terbuat dari bambu. Penghasilannya sebagai petani penggarap pun hanya pas-pasan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. 

“Terus terang saya tidak sanggup kalau membangun rumah dengan dana sendiri. Alhamdulillah saya dapat BSPS dari pemerintah dan rumahnya sekarang lebih baik,” ujarnya. 

Sementara itu, Warhati (43) warga Desa Citenjo lainnya mengungkapkan, proses pengusulan BSPS diawali dengan pendataan oleh Kepala Desa atau yang biasa disebut Kuwu danTim Pendamping Masyarakat (TPM). Kemudian di lakukan pengecekan oleh Tim dari Kementerian PUPR dan Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kuningan. 

Saat ini dirinya tinggal bersama orangtuanya yang sudah renta sedangkan suaminya bekerja di Jakarta dan penghasilannya pun pas-pasan. Rumahnya dulu pun seadayanya dan dindingnya terbuat dari bilik bambu separuh kini telah diubah menjadi dinding bata seluruhnya. 

“Prosesnya cepat dan tidak sulit. Yang penting pembangunannya cepat dan rapi. Terimakasih atas bantuan BSPS dari Kementerian PUPR,” tandasnya. 

Bupati Kuningan Acep Purnama menjelaskan, sempat terjadi penolakan dari sejumlah warga desa yang akan diberikan BSPS dari Kementerian PUPR. Namun dengan pendekatan secara kekeluargaan dan TPM akhirnya warga pun menerima dan bekerjasama dengan baik dalam proses pembangunan rumahnya. 

“Kami pun juga punya program serupa dengan program BSPS. Namun besarannya hanya sekitar Rp 4 juta per unit. Kami harap bantuan dari Kementerian PUPR ke depan bisa lebih di tingkatkan mengingat masih banyak warga kami yang rumahnya tidak layak huni,” tandasnya.(p/ab)